Lokalisme
  • Tentang Kami
    • Siapa Kami
    • Tim Kerja
  • Barat
  • Tengah
  • Timur
  • Warlok
  • Berkontribusi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Lokalisme
  • Tentang Kami
    • Siapa Kami
    • Tim Kerja
  • Barat
  • Tengah
  • Timur
  • Warlok
  • Berkontribusi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Lokalisme
  • Tengah | Warlok

“Uang Panai”: Syarat Menikahi Wanita Bugis-Makassar

Konon katanya, Uang Panai ini merupakan bukti untuk keluarga mempelai wanita terhadap keseriusan sang laki-laki terhadap anak perempuannya.

  • Januari 1, 2021
  • Nopia Cahyani
Share on FacebookShare on Twitter

Rasa-rasanya, ‘Uang panai’ selalu menjadi perbincangan hangat di media-media online nasional. Contohnya saja, baru-baru ini seluruh jagat media sosial dihebohkan dengan berita ‘Pemuda Gowa Lamar Gadis Soppeng dengan Uang Panai 3M’. Iya, itu memang 3M! Kamu gak salah baca! 

Baju adat Bugis (Sumber: Diaryhijaber.com)

‘Uang Panai’ bukanlah hal yang baru kita dengar. Ia juga bukan berita yang demikian menghebohkan bagi masyarakat Bugis-makassar. Karena uang panai merupakan salah satu syarat SAH pernikahan untuk keluarga keturunan Bugis-Makassar. ‘Uang Panai’ merupakan tradisi yang sudah ada sejak dulu atau bisa dikatakan—‘Uang Panai’ adalah budayanya orang Bugis-Makassar.

Konon katanya, Uang Panai ini merupakan bukti untuk keluarga mempelai wanita terhadap keseriusan sang laki-laki terhadap anak perempuannya. 

BacaJuga

Ngaliwet, Mengenal Solidaritas Masyarakat Sunda

Perkawinan Adat Menarik Masyarakat Suku Sasak

Mesuryak, Tradisi Unik di Hari Raya Kuningan

Menyempurnakan Kematian di Tana Toraja

Tapi, kok bisa semahal itu ya?

Besaran Uang Panai tergantung dari keluarga besar mempelai wanita. Biasanya, semakin tinggi marga yang dimiliki mempelai wanita, maka akan semakin tinggi juga besaran Uang Panainya. Selain itu, latar belakang pendidikan mempelai wanita juga berpengaruh ke tingkat besarannya. Biasanya, semakin tinggi latar belakang pendidikan wanita, maka akan semakin tinggi juga nominal Uang Panai. 

Dipikir-pikir, apa gak memberatkan mempelai laki-laki ya?

Dilema Uang Panai http://meimiaw.blogspot.com/2017/04/dilema-uang-panai-panai-part-i.html

Sebelum besaran Uang Panai ‘diresmikan’, tentunya ada yang namanya ‘negosiasi’ antara pihak mempelai laki-laki dan mempelai perempuan. Negosiasi ini disebut Mappettu Ada, yaitu perbincangan serius antara keluarga besar pihak mempelai laki-laki dan mempelai perempuan. Perbincangan ini tentunya tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Biasanya perbincangan serius ini akan melibatkan banyak pihak yang tentunya teramat penting bagi calon pengantin. Seperti keterlibatan saudara-saudara tertua dalam satu keluarga besar karena semua perbincangan tentang prosesi-prosesi sebelum pernikahan akan dibicarakan pada acara ini. Mappettu Ada juga merupakan ajang silaturahmi bagi keluarga besar kedua belah pihak. Karena pada acara inilah keluarga kedua belah pihak saling bertemu untuk pertama kalinya. Biasanya, pada acara ini keluarga mempelai laki-laki membawa seserahan seperti kue-kue tradisional dan makanan kesukaan laki-laki untuk calon mempelai wanita.

Infografis Uang Panai oleh Evlyn dan Ghifary Lokalisme.

Setelah besaran nominal Uang Panai sudah ditentukan, maka sudah waktunya untuk memberikan Uang Panai tersebut pada pihak mempelai wanita. Tradisi ini disebut Mappenre Dui atau biasa juga disebut Dui Menre. Acara Dui Menre biasanya dilaksanakan cukup meriah, bergantung lagi pada pihak pengantin. Bahkan, untuk masyarakat awam acara ini bahkan terbilang sangat ‘wah’.

Terus, Uang Panai digunakan untuk apa sih?

Nah, Uang Panai yang telah diberikan akan digunakan tergantung pada perbincangan yang telah dilaksanakan saat acara Mappettu Ada. Bisa digunakan untuk acara-acara sampingan sebelum pernikahan resmi dilaksanakan. Bisa digunakan untuk membeli berbagai keperluan calon mempelai wanita, atau bisa juga digunakan untuk tabungan masa depan. Jadi, itu semua kembali kepada perbincangan kedua belah pihak saat Mappettu ada. 

Apa memang ‘Uang Panai’ itu harus ada yah?

Irmawati, pengantin asal Jeneponto dengan uang panaiknya (Sumber: Jhufedfotography)

Tentu saja, jawabannya mutlak harus ada. Karena ini merupakan salah satu syarat utama sebelum meminang calon mempelai wanita Bugis-Makassar. Uang Panai merupakan ‘simbol’ keseriusan, sehingga Uang Panai ini merupakan tadisi dan budaya yang tidak dapat dihilangkan. Uang Panai merupakan bentuk tentang betapa berharganya seorang perempuan, betapa mahalnya seorang perempuan. Uang Panai juga merupakan dorongan untuk laki-laki agar bisa bekerja lebih keras untuk mendapatkan pujaan hatinya.  Uang Panai bukan ajang untuk memamerkan harta kekayaan, tapi Uang Panai adalah budaya yang sudah ada sejak dulu.

Pada dasarnya tradisi semacam ‘Uang Panai’ ini bukanlah hal-hal yang baru, ya, Warlok! Ini sudah lama berlangsung, dan nyatanya tidaknya di budaya Bugis-Makassar saja. Contohnya ada tradisi ‘Beli Laki-Laki’ atau Bajapuik dari Suku Minang. Kita bahas tulisan itu di lain waktu, ya, Warlok!

Tags: uang panai

Berlangganan Nawala Kami!

Dapatkan kabar terbaru keberagaman budaya lokal di seluruh penjuru Indonesia.

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

ngaliwet
Barat

Ngaliwet, Mengenal Solidaritas Masyarakat Sunda

Mei 11, 2022
Perkawinan Adat Menarik Masyarakat Suku Sasak
Tengah

Perkawinan Adat Menarik Masyarakat Suku Sasak

September 12, 2021
Mesuryak, Tradisi Unik di Hari Raya Kuningan
Tengah

Mesuryak, Tradisi Unik di Hari Raya Kuningan

April 30, 2021
Lokalisme Logo - Dark Mode Retina

Rubrik

  • Barat
  • Tengah
  • Timur
  • Warlok

tENTANG kAMI

  • Siapa Kami
  • Tim Kerja
  • Kontributor
  • Kolaborasi

Kebijakan

  • F.A.Q
  • Kebijakan Privasi

Temui Kami

  • Jl. Kebahagiaan No. 15A, Pasir Gunung Selatan, Depok
  • media.lokalis@gmail.com
  • +62 898 9771 660

© Lokal.Is.Me – 2020

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Tentang Kami
    • Siapa Kami
    • Tim Kerja
  • Barat
  • Tengah
  • Timur
  • Warlok
  • Berkontribusi

© 2020 - Lokal.Is.Me