
Halo warga lokal, kalian pasti tak asing mendengar bagaimana orang-orang membicarakan pesona keindahan pulau yang terkenal dengan julukan “pulau dewata”. Sebuah pulau yang dengan keindahannya mampu menarik banyak wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Namun tahukan kalian bahwa Pulau Bali menjadi terkenal sebagai tempat wisata bukan karena keindahan alam atau banyaknya aktivitas liburan. Tetapi karena keunikan seni dan budaya yang ada di Bali loh. Bukankah ini menakjukan, bagaimana sebuah budaya menarik mata penjuru dunia.
Salah satu keunikan budaya itu nampak dalam tradisi-tradisi umat Hindu Bali yang menambah keelokan Pulau Dewata, salah satunya adalah Tradisi Mesuryak, tradisi ini menjadi tradisi wajib setiap datangnya Hari Raya Kuningan, tradisi ini menjadi penanda menangnya kebaikan.

Hari raya Kuningan merupakan rangkaian hari raya Galungan bagi agama Hindu di Bali. Hari raya Kuningan ini diperingati sepuluh hari setelah Galungan sehingga secara otomatis digelar setiap 6 bulan (210 hari) sekali yaitu pada hari Sabtu (Saniscara), Kliwon, wuku Kuningan. Berbagai tradisi digelar saat perayaan hari raya Kuningan. Salah satunya adalah tradisi Mesuryak.
Mesuryak berasal dari kata suryak yang artinya berteriak atau bersorak. Tradisi Mesuryak dalam perayaan Hari Raya Kuningan bukan hal yang tak bermakna, namun merupakan sebuah simbol bagaimana persembahan kepada leluhur yang sudah meninggal agar diberi tempat yang layak di alam sana. Secara niskala(tidak nyata) memberikan sesaji dan secara skala (nyata) memberikan uang sebagai bentuk nyata. Masyarakat yang menyelenggarakan mesuryak meyakini bahwa rejeki akan berlimpah jika memberi kebahagiaan kepada sesama dengan cara membagi-bagikan uang karena hal ini berarti membekali leluhur mereka yang telah meninggal.

Tradisi mesuryak ini juga bermakna memberi bekal serta mengantarkan roh para leluhur kembali ke nirwana dengan rasa suka cita. Menurut kepercayaan orang Hindu, para roh leluhur turun ke dunia pada Hari Raya Galungan dan akan kembali ke surga pada Hari Raya Kuningan. Oleh karena itu, momen ini merupakan momen yang istimewa bagi masyarakat Hindu Bali.
Tradisi Mesuryak memiliki rangkaian yang harus dilakukan sebelumnya, upacara ini dilaksanakan pada pukul 9 pagi hingga 12 siang, karena lewat jam 12 siang para leluhur telah kembali ke surga. Tradisi diawali dengan melakukan persembahyangan di pura keluarga dan di Pura Kahyangan tiga yang terdapat di desa adat setempat. Setelah melaksanakan persembahyangan, para warga membawa sesajen ke depan pintu rumah mereka, dan selanjutnya akan ada yang memimpin melantunkan doa-doa, biasanya yang akan memimpin adalah pemangku (pemimpin upacara) atau juga seseorang yang dituakan.
Leluhur yang telah dilepas kepergiannya dibekali sesaji yang diletakan di depan kori (gerbang rumah). Sesajian terdiri atas beras, telur, pis bolong dan perlengkapan lainnya yang disiapkan sebagai bekal leluhur. Setelah itu acara dilanjut dengan tradisi mesuryak , mekanismenya adalah setiap anggota keluarga memberi bekal kepada leluhur sesuai dengan kemampuan, dari uang logam hingga uang kertas (dalam pecahan Rupiah). Saat semua persiapan telah dilakukan, maka upacara Mesuryak dapat dilakukan. Tradisi Mesuryak memiliki makna kemakmuran. Uang yang dilempar untuk leluhur disimbolkan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi.
Wah ternyata dibalik keunikan salah satu tradisi masyarakat Hindu Bali ini, kita bisa belajar kalau dengan saling berbagi, kita bisa mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran antar sesama, disamping rasa syukur atas apa yang telah kita terima. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi ini tentunya juga dapat dirujuk untuk membangun karakter dan moral bangsa.