Lokalisme
  • Tentang Kami
    • Siapa Kami
    • Tim Kerja
  • Barat
  • Tengah
  • Timur
  • Warlok
  • Berkontribusi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Lokalisme
  • Tentang Kami
    • Siapa Kami
    • Tim Kerja
  • Barat
  • Tengah
  • Timur
  • Warlok
  • Berkontribusi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Lokalisme
  • Tengah | Rubrik

Mesuryak, Tradisi Unik di Hari Raya Kuningan

  • April 30, 2021
  • Fauziah Dita Handini
Share on FacebookShare on Twitter
Sumber: Acara-event.com

Halo  warga lokal, kalian pasti tak asing mendengar bagaimana orang-orang membicarakan pesona keindahan pulau yang terkenal dengan  julukan “pulau dewata”.  Sebuah pulau yang dengan keindahannya mampu menarik banyak wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Namun tahukan kalian bahwa Pulau Bali menjadi terkenal sebagai tempat wisata bukan karena keindahan alam atau banyaknya aktivitas liburan. Tetapi karena keunikan seni dan budaya yang ada di Bali loh. Bukankah ini menakjukan, bagaimana sebuah budaya menarik mata penjuru dunia.

Salah satu keunikan budaya itu nampak dalam tradisi-tradisi umat Hindu Bali  yang menambah keelokan Pulau Dewata, salah satunya adalah Tradisi Mesuryak, tradisi ini menjadi tradisi wajib setiap datangnya Hari Raya Kuningan, tradisi ini menjadi penanda menangnya kebaikan.

Sumber: CNN Indonesia

Hari raya Kuningan merupakan rangkaian hari raya Galungan bagi agama Hindu di Bali. Hari raya Kuningan ini diperingati sepuluh hari setelah Galungan sehingga secara otomatis digelar setiap 6 bulan (210 hari) sekali yaitu pada hari Sabtu (Saniscara), Kliwon, wuku Kuningan. Berbagai tradisi digelar saat perayaan hari raya Kuningan. Salah satunya adalah tradisi Mesuryak.

BacaJuga

Ngaliwet, Mengenal Solidaritas Masyarakat Sunda

4 Pesona Desa Wisata di Sumbar yang Masuk Ke Daftar ADWI 2022, Wajib Kamu Kunjungi!

Silek, Seni Bela Diri Khas Minangkabau

Menikmati Kuliner Khas Papua di Tengah Hutan Sagu

Mesuryak berasal dari kata suryak yang artinya berteriak atau bersorak. Tradisi Mesuryak dalam perayaan Hari Raya Kuningan  bukan hal yang tak bermakna, namun merupakan sebuah simbol bagaimana persembahan kepada leluhur yang sudah meninggal agar diberi tempat yang layak di alam sana. Secara niskala(tidak nyata)  memberikan sesaji dan secara skala (nyata) memberikan uang sebagai bentuk nyata. Masyarakat  yang menyelenggarakan mesuryak meyakini bahwa rejeki akan berlimpah jika memberi kebahagiaan kepada sesama dengan cara membagi-bagikan uang karena hal ini berarti membekali leluhur mereka yang telah meninggal.

Sumber : Denpasarviral.com

Tradisi mesuryak ini juga bermakna  memberi bekal serta mengantarkan roh para leluhur kembali ke nirwana dengan rasa suka cita. Menurut kepercayaan orang Hindu, para roh leluhur turun ke dunia pada Hari Raya Galungan dan akan kembali ke surga pada Hari Raya Kuningan. Oleh karena itu, momen ini merupakan momen yang istimewa bagi masyarakat Hindu Bali.

Tradisi Mesuryak memiliki rangkaian yang harus dilakukan sebelumnya, upacara ini dilaksanakan pada pukul 9 pagi hingga 12 siang, karena lewat jam 12 siang para leluhur telah kembali ke surga. Tradisi diawali dengan  melakukan persembahyangan di pura keluarga dan di Pura Kahyangan tiga yang terdapat di desa adat setempat. Setelah melaksanakan persembahyangan, para warga membawa sesajen ke depan pintu rumah mereka, dan selanjutnya akan ada yang memimpin melantunkan doa-doa, biasanya yang akan memimpin adalah pemangku (pemimpin upacara) atau juga seseorang yang dituakan.

Leluhur yang telah dilepas kepergiannya dibekali sesaji yang diletakan di depan kori (gerbang rumah). Sesajian terdiri atas beras, telur, pis bolong dan perlengkapan lainnya yang disiapkan sebagai bekal leluhur. Setelah itu acara dilanjut dengan tradisi mesuryak , mekanismenya adalah setiap anggota keluarga memberi bekal kepada leluhur sesuai dengan kemampuan, dari uang logam hingga uang kertas (dalam pecahan Rupiah). Saat semua  persiapan telah dilakukan, maka upacara Mesuryak dapat dilakukan. Tradisi Mesuryak memiliki makna kemakmuran. Uang yang dilempar untuk leluhur disimbolkan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi.

Wah ternyata dibalik keunikan salah satu tradisi masyarakat Hindu Bali ini, kita bisa belajar kalau dengan saling berbagi, kita bisa mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran antar sesama, disamping rasa syukur atas apa yang telah kita terima. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi ini tentunya juga dapat dirujuk untuk membangun karakter dan moral bangsa.

Tags: Baliindonesia tengahPulau Dewata

Berlangganan Nawala Kami!

Dapatkan kabar terbaru keberagaman budaya lokal di seluruh penjuru Indonesia.

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

ngaliwet
Barat

Ngaliwet, Mengenal Solidaritas Masyarakat Sunda

Mei 11, 2022
desa wisata sumbar
Barat

4 Pesona Desa Wisata di Sumbar yang Masuk Ke Daftar ADWI 2022, Wajib Kamu Kunjungi!

April 8, 2022
Silek, Seni Bela Diri Khas Minangkabau
Barat

Silek, Seni Bela Diri Khas Minangkabau

Maret 31, 2022
Lokalisme Logo - Dark Mode Retina

Rubrik

  • Barat
  • Tengah
  • Timur
  • Warlok

tENTANG kAMI

  • Siapa Kami
  • Tim Kerja
  • Kontributor
  • Kolaborasi

Kebijakan

  • F.A.Q
  • Kebijakan Privasi

Temui Kami

  • Jl. Kebahagiaan No. 15A, Pasir Gunung Selatan, Depok
  • media.lokalis@gmail.com
  • +62 898 9771 660

© Lokal.Is.Me – 2020

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Tentang Kami
    • Siapa Kami
    • Tim Kerja
  • Barat
  • Tengah
  • Timur
  • Warlok
  • Berkontribusi

© 2020 - Lokal.Is.Me